MB Family

Hengki, Jenny, Estee, Enda

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Harmonik

hari hari musik.

Grammy

Miniature Gramaphone for music award

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 26 Juli 2012

"CASSETTE_BOY" and "WALKMAN" (Personal Stereo Cassette Player) 1972

foto : "Mi-Jockey" buatan Panasonic

Melanjutkan bahasan seputar 50 tahun "Compact-Cassette", maka disampaikan tulisan tentang "Pemutar Cassette" itu sendiri. Pemutar-Cassette kategori Hi-Fi tidak hanya sampai pada "Cassette-Deck" saja (yang hanya dapat di dengar dalam rumah, gedung dan kendaraan), tapi juga pemutar yang dapat didengar sendirian, memanfaatkan bentuk kecil dari Cassette. Dan didengar baik didalam ataupun diluar rumah, dengan sensasi berbeda pada masing-masing ukuran ruang. Bila didengar di udara terbuka, maka musik akan terdengar seakan berasal dari langit.

foto : Stereo-Belt temuan Andreas Pavel.

Pemutar pribadi ini muncul (1972), 10 tahun setelah teknologi kaset kecil diperkenalkan 50 tahun silam (1962), atau setahun setelah Cassette-Deck dibuat oleh Advent-Corporation (1971).

foto : Cassette-Boy buatan Aiwa.

Penemu alat ini adalah seorang Jerman keturunan Brasil, Andreas Pavel. Alat yang dibuatnya diberi nama "Stereo-Belt", yang dapat dilekatkan dibadan dan dibawa berjalan-jalan. "Stereo-Belt" menjadi nenek moyang "Walkman" (Sony), "Walky" (Toshiba), "Mi-Jockey" (Panasonic) dan "Cassette-Boy" (Aiwa).

foto : Walky buatan Tohiba.

Pada mulanya Andreas Pavel mendekati Pabrikan elektronik seperti ITT, Grundig, Yamaha dan Philips atas temuannya untuk dikomersialkan. Namun tidak ditanggapi dengan alasan, "tidak ada orang yang mau tampil didepan umum dengan Headphone menempel dikepala dan telinganya".

foto : Walkman pertama buatan SONY, 1979

Meskipun frustrasi dengan usahanya itu, Pavel mempatenkan hasil temuannya ini di Italia pada 1977. Menyusul kemudian "Stereo-Belt" di paten kan di Amerika, Inggris, Jerman dan Jepang di akhir 1978. Terjadi kemudian perang hukum Pavel dengan "SONY" atas temuan gadget ini. SONY pada kemudian hari mengakui temuan ini oleh Pavel. Pavel kemudian mendapatkan Royalty dari SONY untuk "Walkman".

foto : Walkman WM 2 buatan Sony, 1980

Diantara beberapa pabrik yang memproduksi "Pemutar Pribadi" ini, memang SONY yang paling gencar. SONY mulai memproduksi "Walkman" pada 1979. SONY terus mengembangkan "Walkman" dengan teknologi-teknologi jitu bagi pemutar kaset mini ini pada masa kejayaan Cassette hingga "matinya'. Mulai dari : bentuk terkecil, baterai tahan lama, penggunaan remote controle, headphone wireless, hingga mutu suara bass.

Teknologi oleh SONY untuk "Walkman" dimunculkan pada setiap lima tahun dari ulang tahun "Walkman" yaitu 1 Juli :
1989 - ulang tahun ke-10 dengan seri WM-7015 dengan fasilitas "remote controle",
1994 - ulang tahun ke-15 seri WM-EX1HG dengan "baterai tahan lama",
1999 - ulang tahun ke-20 seri WM-WE 01 dengan "wireless remote controle dan earphone".
Pada ulang tahun ke-25 tahun 2004, SONY tidak memperkenalkan lagi model lain untuk edisi kaset, menandakan kematian kaset oleh teknologi digital dibidang rekaman musik.

Di era digital saat ini, selain "Walkman", (Sony dengan penemu Sony : Akio Morita, Masaru Ibuka dan Kozo Ohzone, melanjutkan "Walkman" edisi digital), ada pabrik lain seperti "Apple" dengan "I-Pod", "Microsoft" dengan "Zune".

Rabu, 25 Juli 2012

CASSETTE-DECK (1971 - 1990-an)



50 tahun keberadaan "Compact-Cassette", telah memunculkan banyak inovasi untuk peningkatan, baik untuk Cassette itu sendiri, maupun untuk "Pemutar-Cassette". Pemutar pertama buatan Philips yang biasa disebut Tape-Recorder, sebenarnya hanya ditujukan untuk merekam pidato atau perkataan untuk dokumentasi atau sebagai mesin dikte menggantikan tulisan cepat. Sehingga memudahkan sekertaris menyimak perkataan pimpinan. Bukan untuk rekaman musik. Namun keunggulan karena disain kaset yang kompak dan ringkas, telah menggiurkan insinyur-insinyur Jepang dan penikmat musik untuk menjadikan kaset sebagai sumber musik yang praktis, meski dalam kategori "Asbun" (Asalkan sudah berbunyi). Perusahan rekaman musik ikut beramai-ramai menjadikan kaset sebagai media rekam menggantikan 'piringan hitam' dan 'reel to reel' yang memang agak sulit ditangani.

Hasil rekaman pada pita kaset tidak memenuhi standard Hi-Fi : dipenuhi noise (-15 dB) serta keterbatasan bidang frekuensi (25 hz - 15 khz) dan keterbatasan dinamika (dibawah 45 dB). Untuk mengatasi kelemahan Kaset dalam kualitas audio, maka tukang insinyur di pabrik-pabrik berusaha mencari-cari akal. Hal ini sebagai konsekwensi dari terlanjur Kaset menjadi 'media musik'. Apa boleh buat "Nasi sudah menjadi bubur", but the show must go on. Dan "pemutar-kaset" yang dikembangkan itupun muncul pertama pada 1971. "Advent-Corporation" memunculkan "Pemutar-Cassette" pertama dengan kriteria Hi-Fi atau dikenal dengan "Cassette-Deck".


foto : Cassette Deck "Advent Corporation" pertama 1971, Advent 200.

"Cassette-Deck" pertama dari "Advent" ini mengkobinasikan "pengurang noise" Dolby-B (penemuan Dolby Labs), dan pita jenis baru "CrO2 (penemuan DuPont, dikembangkan BASF) serta Kontrol mekanikal transport dan 2 Head. Pemutar Cassette jenis Hi-Fi harus ada fasilitas yang dapat mengatasi kelemahan Compact-Cassette, seperti : "pengurang noise" (Dolby B, C dan dBX) dan "pemilih jenis Kaset" (Normal, CrO2, Metal), "Penata Bias" (Dolby HX), "filter Sub-sonic", serta peningkat frekuensi dan motor pengoperasian pita.

Cassette-Deck selanjutnya dikembangkan lagi pada awal 1980-an, baik untuk pemakaian rumah maupun profesional seperti studio rekaman, studio radio dan kendaraan. Dolby Labs memunculkan Dolby C dan Dolby S yang ditingkatkan dari Dolby B, dBX sebelumnya, yang dapat mengurangkan Noise sebesar 20 dB. Keduanya bekerja dalam rekaman. Philips mengembangkan penekan Noise sendiri dan muncul komponen penekan noise hingga 40 dB, DNL (Dynamic Noise Limiter) yang bekerja secara dinamis diluar rekaman, sehingga tidak turut menekan frekuensi tinggi.

Selain penekan noise, ada pula peningkat frekuensi, baik tanggapan ataupun dinamisnya. Dolby HX Pro untuk mengatur bias, lalu peralatan perbaikan Sound seperti "Aural-Exiter" dan "Sound Recovery", "Sonic Maximiser", dalam berbagai tingkatan dan type dimunculkan oleh beberapa pabrik, yang terkenal oleh BBE (Barry Barcus Electronic) dan diterapkan didalam Cassette Deck atau sebagai alat tambahan.

foto : Cassette-Deck N-1000 buatan Nakamichi.

Perusahaan "Nakamichi" membuat seri N-1000. Cassette-Deck canggih dengan sistim komputer : A-B-L-E yang secara otomatis mengatur (A)zimuth, (B)ias, (L)evel, (E)qualizer. Cassette-Deck ini diklaim mempunyai respon frekuensi 18 - 25.000 Hz.

Untuk peningkatan mutu audio, maka pita yang dipakai tidak luput dikutak-katik diantaranya mengganti bahan magnetik yang memunculkan : Pita CrO2, Metal dan Campuran (hybrid) keduanya. Kemudian cara pembuatan Kaset seperti coating dan vaporated serbuk magnetik, atau gabungan keduanya. Penerapan sistem operasional pita secara elektronik. Demikian pula Head rekam dan putar, baik bahan dasar (normal, kristal), Pemakaian 2 atau 3 Head untuk hapus,rekam dan main ulang, serta mekanis penyesuai head terhadap gerakan pita, seperti yang diterapkan pada Deck keluaran Nakamichi "Dragon". Kemudian Motor penggerak juga menjadi sasaran kutak katik, dan lain-lain.

foto : Cassette Deck "Dragon" buatan Nakamichi.

Padahal ini semua dilakukan sebenarnya bukan untuk peningkatan tetapi hanya mengembalikan mutu yang hilang oleh karena disain kaset yang dibuat kecil. Teknologi-teknologi untuk Cassette Deck yang masih dikembangkan akhirnya terhenti oleh arus digital pada permulaan 1990-an. Media digital seperti CD kemudian menggeser Kaset sebagai media musik.


Selasa, 24 Juli 2012

50 tahun COMPACT-CASSETTE (1962)


foto : Compact-Cassette buatan TDK

Tahun 1962, 50 tahun silam, perusahaan Philips menciptakan media audio "Compact Cassette". (Dari bahasa Prancis, Compact = kecil, dan Cassette = kotak). Suatu kotak kecil berisi gulungan pita magnetik yang dapat menggulung dari kiri kekanan atau sebaliknya bila diputar atau dimainkan. Untuk menggulung ada 2 roda putar pengantar untuk pita. Compact Cassette mempunyai ukuran : panjang 10 cm, lebar 6 cm dan tebal 0,8 - 1 cm, dikenal dengan nama lain "Cassette" saja, "Cassette Tape" atau "Tape".


foto : Compact-Cassette pertama buatan Philips.

Diperkenalkan di Eropa pada 1963 pada "Berlin Radio Show", kemudian ke Amerika 1964 dengan merek dagang "Compact Cassette". Panjang fisik gulungan pita dinyatakan dengan tanda "C", C-60 untuk diputar 60 menit untuk kedua sisi, atau masing-masing sisi 30 menit. Umumnya kaset disediakan C-15, C-30, C-60, C-90, C-120.

Sesuai perkembangannya, material magnetiknya pita kaset terdiri dari : "Normal", "FeCr", "CrO2", "Metal" dan "campuran CrO2 dan Metal" (Cassette HS-X dari TDK).

Sedang teknik pengolahan pita magnetik berdasar teknik "coating". Dimana lembaran film/pvc yang semula putih polos, diberi lapisan magnetik yang berwarna coklat dengan cara lapis basah. Partikel magnetik melekat kuat tapi kerapatan partikel magnetik kecil.

Pada 1986 cara baru yaitu teknik semprot atau "vaporated". Teknik yang memakai prinsip elektrostatik dipakai oleh "That's" dan TDK. Sistim ini dimana "uap" zat magnetik diberi muatan positif sedang lembar pita diberi muatan negatif . Cara ini menghasikan kerapatan partikel magnetik 4 kali lebih besar, padahal ketebalan lapisan 3 kali lebih tipis dari cara lama. Dengan hasil tanggapan frekuensi yang lebih luas dan S/N yang lebih tinggi dibanding sistim lama. Ada juga teknik gabungan kedua sistim, coating dan vaporated.



foto : Album "Sgt Peepers Lonely Hearts Club Band"- The Beatles, dalam "Compact-Cassette"

Fungsi "Compact-Cassette" sama dengan pita reel sebagai tempat menyimpan atau merekam audio, dan mengeluarkan kembali suara yang direkam tadi ketika dimainkan ulang. Philips yang menciptakan media rekam ini, adalah untuk memudahkan pidato dan instruksi di"tulis". Itulah sebabnya menjadi praktis bagi sekertaris untuk menyimak instruksi pimpinan, dan para wartawan untuk mewawancarai nara sumber berita, dan sama sekali bukan untuk "rekaman musik" sebagaimana "piringan-hitam".
foto : Musicassette, LP's You Can Put In Your Pocket !, www.ditto.com


foto : Reel to Reel buatan TEAC

Ketika itu media rekam dan main ulang untuk lagu dan musik selain piringan hitam adalah "pita reel to reel" keluaran beberapa pabrik seperti RCA (1958), Grundig, Telefunken, Blaupunkt dan lain-lain.


foto : Tape recorder pertama, Magnetophon buatan Allgemeine Elektrizitata Gesellschaft (AEG).

Sebelumnya "pita reel" telah diperkenalkan pada Berlin Exhibition 1935. AEG (Perusahaan Elektrik Jerman)  merilis "reel to reel tape recorder" pertama pada 1932, yang dikenal dengan "magnetophon" berdasarkan penemuan mesin rekam dan "pita magnetik" oleh Fritz Pfleumer pada 1928, dengan pita berbahan dasar kertas yang tidak kuat dan tidak tahan lama. Pita magnetik kemudian ditangani dan diolah oleh BASF (Perusahaan Kimia Jerman) dengan bahan dasar plastik film menggantikan bahan dari kertas, setelah memberi usul pada AEG pembuat mesinnya.


foto : "Compact-Cassette" buatan TEAC

Secara teknologi, "Cassette" hanya merupakan bentuk mini dari "Reel to reel". Karena itu maka Cassette unggul dalam segi ekonomis, praktis dan kemudahan penanganan dan mobilitas tinggi.

Perusahan elektronik "Teac" memproduksi Cassette dengan gulungan menyerupai "Reel to Reel" yang nampak lebih profesional, namun sebenarnya hanya kosmetik saja, karena tidak ada tambahan teknologi bagi perbaikan mutu audio.


foto : Cassette Recorder pertama buatan Philips

Keunggulan bentuk yang ringkas dari Cassette menjadi daya tarik dan dilirik untuk digunakan dalam industri musik rekaman. Selain itu Philips memberi lisensi gratis atas ciptaannya. Tahun 1964 Cassette diproduksi masal di Hanover Jerman. Sejak itu Cassette mulai menggeser "Piringan-hitam" dan "reel to reel".

Selain Philips, banyak pabrik membuat recorder dan player Cassette layaknya radio portable yang booming pada 1960-an sebelumnya.

Selain ada keunggulan dari teknologi kaset, pasti ada pula kelemahannya. Membatasi besar bentuk media  ini sama pula dengan membatasi kualitas hasilnya. Ukuran lebar pita sebesar 0,15 inch atau 3,81 mm serta putaran kaset yang rendah yaitu 1.875 inch, 4,8 cm per detik menyebabkan peningkatan noise dan tanggapan frekuensi non Hi-Fi. Putaran kaset yang rendah juga mempengaruhi mutu rekaman.

Meskipun teknologi kaset dan analog pada umumnya telah disisihkan oleh kecanggihan teknologi digital seperti CD dan MP3, namun masih banyak penerapan untuk tetap menggunakan kaset walaupun terbatas pada fungsi non Hi-Fi sebagaimana dimaksudkan ketika diciptakan pada mulanya. Paling tidak dari segi murah untuk ongkosnya.

Untuk mengatasi keterbatasan teknologi kaset pada masa populernya (1970 - 1990), diterapkan beberapa teknologi yang akan dibahas dalam tulisan "Cassette Deck" dan "Personal Stereo Cassette Player", sampai jumpa.

  

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More