Rabu, 25 Juli 2012

CASSETTE-DECK (1971 - 1990-an)



50 tahun keberadaan "Compact-Cassette", telah memunculkan banyak inovasi untuk peningkatan, baik untuk Cassette itu sendiri, maupun untuk "Pemutar-Cassette". Pemutar pertama buatan Philips yang biasa disebut Tape-Recorder, sebenarnya hanya ditujukan untuk merekam pidato atau perkataan untuk dokumentasi atau sebagai mesin dikte menggantikan tulisan cepat. Sehingga memudahkan sekertaris menyimak perkataan pimpinan. Bukan untuk rekaman musik. Namun keunggulan karena disain kaset yang kompak dan ringkas, telah menggiurkan insinyur-insinyur Jepang dan penikmat musik untuk menjadikan kaset sebagai sumber musik yang praktis, meski dalam kategori "Asbun" (Asalkan sudah berbunyi). Perusahan rekaman musik ikut beramai-ramai menjadikan kaset sebagai media rekam menggantikan 'piringan hitam' dan 'reel to reel' yang memang agak sulit ditangani.

Hasil rekaman pada pita kaset tidak memenuhi standard Hi-Fi : dipenuhi noise (-15 dB) serta keterbatasan bidang frekuensi (25 hz - 15 khz) dan keterbatasan dinamika (dibawah 45 dB). Untuk mengatasi kelemahan Kaset dalam kualitas audio, maka tukang insinyur di pabrik-pabrik berusaha mencari-cari akal. Hal ini sebagai konsekwensi dari terlanjur Kaset menjadi 'media musik'. Apa boleh buat "Nasi sudah menjadi bubur", but the show must go on. Dan "pemutar-kaset" yang dikembangkan itupun muncul pertama pada 1971. "Advent-Corporation" memunculkan "Pemutar-Cassette" pertama dengan kriteria Hi-Fi atau dikenal dengan "Cassette-Deck".


foto : Cassette Deck "Advent Corporation" pertama 1971, Advent 200.

"Cassette-Deck" pertama dari "Advent" ini mengkobinasikan "pengurang noise" Dolby-B (penemuan Dolby Labs), dan pita jenis baru "CrO2 (penemuan DuPont, dikembangkan BASF) serta Kontrol mekanikal transport dan 2 Head. Pemutar Cassette jenis Hi-Fi harus ada fasilitas yang dapat mengatasi kelemahan Compact-Cassette, seperti : "pengurang noise" (Dolby B, C dan dBX) dan "pemilih jenis Kaset" (Normal, CrO2, Metal), "Penata Bias" (Dolby HX), "filter Sub-sonic", serta peningkat frekuensi dan motor pengoperasian pita.

Cassette-Deck selanjutnya dikembangkan lagi pada awal 1980-an, baik untuk pemakaian rumah maupun profesional seperti studio rekaman, studio radio dan kendaraan. Dolby Labs memunculkan Dolby C dan Dolby S yang ditingkatkan dari Dolby B, dBX sebelumnya, yang dapat mengurangkan Noise sebesar 20 dB. Keduanya bekerja dalam rekaman. Philips mengembangkan penekan Noise sendiri dan muncul komponen penekan noise hingga 40 dB, DNL (Dynamic Noise Limiter) yang bekerja secara dinamis diluar rekaman, sehingga tidak turut menekan frekuensi tinggi.

Selain penekan noise, ada pula peningkat frekuensi, baik tanggapan ataupun dinamisnya. Dolby HX Pro untuk mengatur bias, lalu peralatan perbaikan Sound seperti "Aural-Exiter" dan "Sound Recovery", "Sonic Maximiser", dalam berbagai tingkatan dan type dimunculkan oleh beberapa pabrik, yang terkenal oleh BBE (Barry Barcus Electronic) dan diterapkan didalam Cassette Deck atau sebagai alat tambahan.

foto : Cassette-Deck N-1000 buatan Nakamichi.

Perusahaan "Nakamichi" membuat seri N-1000. Cassette-Deck canggih dengan sistim komputer : A-B-L-E yang secara otomatis mengatur (A)zimuth, (B)ias, (L)evel, (E)qualizer. Cassette-Deck ini diklaim mempunyai respon frekuensi 18 - 25.000 Hz.

Untuk peningkatan mutu audio, maka pita yang dipakai tidak luput dikutak-katik diantaranya mengganti bahan magnetik yang memunculkan : Pita CrO2, Metal dan Campuran (hybrid) keduanya. Kemudian cara pembuatan Kaset seperti coating dan vaporated serbuk magnetik, atau gabungan keduanya. Penerapan sistem operasional pita secara elektronik. Demikian pula Head rekam dan putar, baik bahan dasar (normal, kristal), Pemakaian 2 atau 3 Head untuk hapus,rekam dan main ulang, serta mekanis penyesuai head terhadap gerakan pita, seperti yang diterapkan pada Deck keluaran Nakamichi "Dragon". Kemudian Motor penggerak juga menjadi sasaran kutak katik, dan lain-lain.

foto : Cassette Deck "Dragon" buatan Nakamichi.

Padahal ini semua dilakukan sebenarnya bukan untuk peningkatan tetapi hanya mengembalikan mutu yang hilang oleh karena disain kaset yang dibuat kecil. Teknologi-teknologi untuk Cassette Deck yang masih dikembangkan akhirnya terhenti oleh arus digital pada permulaan 1990-an. Media digital seperti CD kemudian menggeser Kaset sebagai media musik.


2 komentar:

menarik sekali pak ulasannya, jadi ada pencerahan :)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More