"Nyanyian" yang diperdengarkan pada Penguasa Romawi di Yudea, dan turut didengar Kristus itu, dibawakan oleh” paduan suara Yahudi” dengan gaya Yunani.
Diantara orang Israel, hanya orang Saduki yang dapat menerima Yunani, soalnya mereka tidak percaya kebangkitan, sama seperti orang Yunani. Orang Yahudi yang taat dengan Taurat Musa menganggap Yunani dan filsafatnya itu kafir dan menjijikkan. Jadi mustahil orang Yahudi membuat atau berbuat hal yang terlihat atau tercium ada Yunaninya. Tapi kali ini lain, kali ini tidak.
Musik yang menyeramkan, banyak didengar melalui pemutaran film horror. Sengaja dibuat untuk buluh roma penonton tegak dan untuk “dinikmati” keseramannya.
Injil Lukas beberapa kali mengemukakan tentang nyanyian sukacita ketika kelahiran Yesus. Kali ini berbeda, ia menyampaikan nyanyian seram dan menakutkan, serta penuh dengki dan amarah.
Beserta Injil lainnya, Lukas megisahkan tentang peristiwa yang memiluhkan, seorang terdakwa yang “diadili” di depan umum. Yesus dituduh oleh pemuka agama Yahudi, menghujat Tuhan Allah, karena mengaku Anak Allah. Sebenarnya mereka merasa tersaingi oleh Yesus dalam menjalankan firman Allah ditengah-tengah orang banyak. (Baca juga Lukas 22 : 63 -71 dan fs 23 :1 – 25)
Dua penguasa di wilayah itu saling menolak mengadili Yesus. Herodes Raja Galilea, dan Pontius Pilatus Gubernur Yudea. Mereka tidak mendapatkan kesalahan dari pada-Nya. Masyarakat yang telah diprovokasi oleh pemimpin agama yang iri dan dengki, dan ngotot untuk menjatuhkan hukuman kepada terdakwa. Yesus harus dihukum. Hukuman mati, itu kemauan mereka.
Setelah Yesus kembali dari Herodes si”Serigala”, maka Pontius sang “Pembasuh tangan” mendapat idea tentang cara membebaskan Yesus, lalu katanya : “Aku akan membebaskan satu orang diantara dua Yesus”. Maksudnya Yesus Kristus yang sedang didakwa dan tidak bersalah, dan Yesus Barabas napi yang tengah menjalani hukuman Roma, pemberontak dan pembunuh yang kejam. Hal ini dilakukan setiap Paskah, membebaskan Napi.
Pilatus sebenarnya telah diperingati istrinya tentang Yesus : “Orang ini tidak bersalah”. Dan kini Gubernur Yudea ini, salah kira, pikirnya : “Orang orang akan memilih Yesus yang lemah lembut, mereka pasti tidak suka Barabas yang kejam”. Tapi perkiraannya meleset, bahkan yang terjadi seratus delapan puluh derajat. Spontan mereka memilih Yesus Barabas.
Tak lama kemudian sudah menggema “paduan suara” aneh. Ribuan mulut “menyanyi” didepan Pilatus, dengan syair sedih dan seram: “Salibkan Dia, Salibkan Dia”. Dengan tuntunan dirigen yang penuh semangat iblis, maka orang-orang makin terhasut. Lagunya semakin riuh, nyaring dan tajam menerjang gendang telinga serta mendirikan bulu roma. Benar-benar menyeramkan.
Setelah berulang kali “dipersembahkan”, akhirnya Pilatus menyerah pada Paduan suara orang Yahudi berirama Yunani ini. Ia menuruti kemauan “Koor “ini, dan memutuskan menghukum Yesus Kristus. Yesus akhirnya disalibkan sebagaimana lirik dalam “lagu” itu. Pilatus lalu mencuci tangan, tanda lepas tangan dalam mengadili Yesus.
Ketika kita merayakan Jumat Agung untuk mengenang peristiwa ini, akankah kita menyanyi: ”Salibkan Dia ,salibkan Dia”!. Lagu Yahudi yang diperdengarkan saat didepan Pengadilan? Kali ini penulis tidak ingin mengajak menyanyi. Amin
0 komentar:
Posting Komentar